Minggu, 25 Maret 2012

Tidak Ada Kata Bosan Untuk Bersepeda

Tulisan ini gue buat setelah kemarin dateng ke Car Free Day di Sudirman-Thamrin, menurut gue ada yang beda pas CFD dalam beberapa bulan ini dibandingkan waktu setahun yang lalu, perbedaan yang paling mencolok menurut gue adalah volume sepeda yang berseliweran di Area CFD sudah mulai berkurang, hal ini berbeda jauh pada saat jaman dimana sepeda mulai booming d di Jakarta yaitu pada awal tahun 2009. apakah hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan bersepeda sudah habis Musimnya dengan kata lain masyarakat sudah bosan untuk bersepeda ataukah masyarakat jakarta sudah bosan dgn kegiatan CFD itu sendiri.

Sejak Booming sepeda setahun belakangan ini, acara Car Free Day identik dengan sepeda. Ada masa dimana ruas jalan padat dipenuhi dengan orang bersepeda. Pernah gue inget celetukan seorang teman, " Wah ini sih cuma gantiin mobil dengan sepeda, sama-sama macetnya." Masyarakat yang awalnya memanfaatkan momen CFD untuk main bulutangkis atau sepakbola di aspal, atau berjalan kaki bersama keluarga, perlahan harus tersingkir.  Apalagi sejak bermunculannya panggung dan aneka Stand di area dekat Bundaran HI.

 Suasana Car Free Day Bundaran HI

Namun dalam beberapa bulan terakhir ini, ajang CFD mulai terasa sepi kembali.  Jalanan Sudirman sudah bisa dipakai main futsal lagi.

Ada yang bilang, ini semua karena trend bersepeda yang udah mulai menyusut.  Yah, perlu diakui, trend yang terjadi setahun belakangan ini menurut gue akan lebih tepat disebut sebagai trend fixed gear, bukan sepeda secara umum.  Sebagaimana banyak trend lainnya yang mengguncang dunia, ada saatnya untuk surut dan terganti dengan yang lain.

Masih berkaitan dengan surut tadi.  Di sosial media, forum online, atau bahkan di lingkup pergaulan nyata banyak sekali orang yang menawarkan untuk menjual sepeda yang mereka miliki dengan harga yang sangat murah.  Fenomena yang, lucunya, dulu sudah pernah gue prediksi.  Dalam tingkat apapun, mulai dari sosialita yang tidak mau ketinggalan mode sampai ABG yang tadinya ikut-ikutan minta dibelikan sepeda karena takut dibilang ngak gaul, alasan menjual murah sepeda itu yang paling sering gue denger yaitu "Bosan Sepedaan lagi, Mas".

Bosan Naik Sepeda?
Tunggu sampai para penggemar turing sepeda jarak jauh mendengar kalimat yang barusan.  Seperti yang kita tahu, turing naik sepeda itu bukan hal mudah.  Jarak ratusan kilometer ditempuh dengan sepeda, yang kecepatannya pun hanya segitu-gitu aja ya paling kenceng 40 Kmh itupun kalo diturunan, belum lagi mendapat cibiran dari orang awam ("Bisa mobil kok naik sepeda.  Nyiksa badan.").


 Touring Sepeda jarak jauh

Memang sih meurut gue bila diukur dengan logika awam, menghabiskan waktu berjam-jam diatas sepeda pastilah sangat melelahkan.  Paling tidak membosankan.  Nyatanya tidak.  Seseorang yang gembira karena berhasil menyelesaikan perjalanan jauh pertamanya dengan sepeda, biasanya akan menyiapkan diri untuk perjalanan yang lebih jauh lagi.  Dan lagi.  Begitu seterusnya.  Lalu di mana letak membosankannya?

Mungkin karena bersepeda itu menyenangkan.  Apapun bentuknya.  Turing jarak jauh dengan sepeda, hakikatnya adalah mengukur kemampuan diri sendiri, serta menantang diri untuk mendekati atau bahkan melapaui batas kemampuan tersebut.  Dengan mengetahui batas kemampuan diri kita, kita akan selangkah lebih dekat untuk mengenali diri kita sendiri, potensi yang kita miliki, dan bagaimana  mengembangkannya lebih lanjut.  Dan tak ada yang lebih menyenangkan daripada mengenal diri kita sendiri, lebih dari orang lain. 

Ah, mungkin pernyataan tadi terlalu rumit.  Sederhananya, "bersepeda itu menyenangkan," mengapa gue bilang begitu, karena kalau tidak, gak bakal ada orang yang mau mudik bersepeda sendirian ke pulau seberang tanpa tim pendukung.  Gak ada orang yang mau berbecek-becek di trek lumpur, dengan resiko cedera dan diomeli orang rumah karena pakaian dan sepeda yang belepotan tanah, dan untuk kemudian mengulanginya lagi di tempat berlumpur yang lain.  Gak ada orang yang rela berhujan-hujan mengayuh sepedanya hingga 90-120rpm, dengan jalan yang sangat licin dan resiko terjatuh yang sangat besar, untuk kemudian diulangi lagi pada hari-hari selanjutnya.  Bosan main di aspal? Cobalah main di trek tanah berlumpur.  Bosan dengan rute yang itu-itu saja? Cobalah rute lain yang mungkin lebih jauh, namun dengan pengalaman yang berbeda.  Bosan kebut-kebutan? Cobalah ajari anak, keponakan atau anak tetangga untuk bersepeda. Gimana bersepeda itu tidak membosankan kan?

Menurut gue kalau ada orang yang bosan bersepeda, berarti ia bersepeda dengan cara yang Salah.


 
Copyright 2009 Let's Act Beyond Green. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator